Kali ini saya akan membagikan pengalaman saya bekerja di tambak terbesar di Asia Tenggara banyak pelajaran tentang teknologi, sistem inti-plasma serta dampak sosial. Saya berkerja di selama 2 tahun di Perusahaan PT Central Pertiwi Bahari (PT CPB). PT. Central Pertiwi Bahari berada di Kecamatan Dente Teladas, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung. Perusahaan ini memiliki luas lahan 22.271 hektar
![]() |
Gambar tambak di PT CPB |
Tepat setelah 1 minggu setelah lulus kuliah saya langsung mendapatkan pekerjaan di PT CPB saya langsung bergegas mengeamsi barang bawaan dan langsung memesan Bus sampai di Bogor. Kenapa di Bogor ya karena kami ber 9 orang setuju untuk kumpul di Bogor karena kita akan memesan Bus Damri.Nanti dilain sisi akan saya ceritakan kisah perjuangan saya merantau jauh di Lampung..hhe..
Sekarang lanjut ke topik Awal. Saya di tempatkan di Blok 72 yang memiliki 29 modul kebetulan saya ditempakan di Modul 14 dengan memiliki kolam aktif 52 kolam. Budidaya di tambak CPB sendiri menerapkan sistem module base yaitu Sistem Budidaya Udang dengan banyak tambak tetapi hanya memiliki 1 jalur inlet untuk memasukan air dengan sistem tertutup di treatment pond. Hal tersebut merupakan upaya biosecurity untuk mencegah masuknya patogen ke dalam sistem budidaya. Penerapan biosekuriti di tambak merupakan suatu keharusan bagi petambak jika ingin memitigasi risiko kegagalan dalam berbudiya. Baik untuk tambak skala tradisional apalagi tambak intensif wajib menerapkan biosekuriti. Penerapan biosekuriti di tambak menyesuaikan dengan kondisi dan skala yang ada di tambak, semakin sederhana atau skalanya semakin kecil biosekuriti yang diaplikasikan juga semakin sederhana. Sebaliknya dalam budidaya udang yang intensif penerapan biosekuriti lebih ketat.
Kunci dari suatu kegiatan budidaya adalah pengelolaan air yang baik karena air sebagai media hidup udang, secara langsung air juga merupakan media penularan penyakit. Sumber air yang berasal dari perairan umum yang digunakan bersama dengan unit pembenihan atau tambak lain, juga merupakan tempat membuang limbah bagi kegiatan budidaya sehingga berpotensi tinggi membawa penyakit (Tendencia et al., 2011). Dalam sistem tertutup tersebut air yang diambil dari saluran utama/langsung dari laut akan di endapkan dulu di Sedimantasi pond selama 3 hari. Setelah air di endapkan selama 3 hari kemudian air dipompa dan dialirkan menuju TP 1 untuk dilakukan desinfektan menggunakan kaporit dengan dosis 40 ppm dan dibirkan selama 3 hari sebelum dialirkan ke TP 2. Selnjutnya air yang sudah ditreatment didistrisbusikan ke tambak petakan dilakukan perlakuan menggunakan kupri sulfat setiap petakan untuk mencegah tumbuhnya lumut yang tidak diiginkan.
![]() |
Ilustrasi denah Sistem Module Base |
Penggunaan klorin ini juga dimaksudkan untuk mengeliminasi crustacea yang berpotensi sebagai agen perantara penyakit (Moss et al., 2012), dan mereduksi bakteri yang berpotensi pathogen pada udang seperti Vibrio (Austin dan Austin, 2016). Proses persiapan air di petakan berangsung selama 17 hari. Setelah pemberian Kupri > Klorin 40 ppm >> CaO dengan dosis 30 ppm >> pemupukan dengan urea/TSP dengan dosis 2 ppm >> CaOH 15 ppm >> Selanjutnya penebaran ramuan fermentasi dedak dicampur dengan molase dan ragi dengan dosis 3 ppm. Air tambak siap ketika warna air sudah tidak terlihat dasar tambak karena biota yang ada dalam air sudah tersedia.
Budidaya udang menggunakan density 75 ekor/m2 luas lahan yang digunakan adalah 5000 m2 dengan kedalaman 1.0-1.3 m total benur yang 350.000 ekor. Sebelum ditebar benur akan di cek populasi aktual per kantongnya dengan 5 sampel per total kode benur rata-rata ada sekitar 2000 ekor per kantong. Penebaran benur menggunakan alat konikel tank. Prinsip kerjanya yaitu menyamkan suhu kantong dan air kolam secara berkala dengan pertama kita tuang semua benur di konikel tank kemudian kita pompa air tambak ke dalam konikel tank sampai air naik menuju central drain konikel tank. Aerasi kuat sangat diperlukan supaya benur dalam keadaan sehat setelah ±30 menit aklimlimatisasi suhu. Saat suhu pada konikel tank sudah sama dengan suhu tambak benur bisa dirilis pelan-pelan.
![]() |
Ilustasi Konikel tank |
Saat budidaya manajemen pakan menggunakan hitungan 3 kg per 100.000 benur. Terkait manajemen pakan udang nanti pada lain sesi akan saya bahas karena ada 2 pendekata berbeda yaitu menggunakan indeks pakan dan Feeding rate (%). Prinsip budidaya skema module base yaitu air dari Treatment Pond (TP) akan ditahan selama 3 hari untuk perlakuan klorin jadi kolam hanya bisa mengganti air dalam waktu 3 hari sekali. Ketika udang sudah mencapai target pada DOC 40 keatas maka distribusi air akan dilakukan secara open tanpa ditreatment terlebih dahulu karena pada DOC 40 keatas penggunaan pakan akan terus mengalami kenaikan yang signifikan yang mengakibatkan kebutuhan air dirasa akan meningkat.
Saat proses pasca panen tambak yang sudah panen air akan disurutkan lebih rendah dari tambak yang masih operasi dikarenakan air bisa merembes ke tambak yang masih budidaya.
Sekian pembahasan mengenai pengalaman saya mengelola tambak dengan sistem module base.
Referensi :
- Tendencia EA, Bosma RH, Verreth JAJ. 2011. White spot syndrome virus (WSSV) risk factors associated with shrimp farming practices in polyculture and monoculture farms in the Philippines. Aquaculture. 311:87–93.
- Moss SM, Moss DR, Arce SM, Lightner DV, Lotz JM. 2012. The role of selective breeding and biosecurity in the prevention of disease in penaeid shrimp aquaculture. J. Invertebr. Pathol. 110:247–250.
- https://www.minapoli.com/info/pentingnya-biosekuriti-tambak-udang
2 komentar
Investasi besar pada budidaya udang kadang tidak dibarengi dengan kesadaran akan biosecurity masyarakat perikanan khususnya petambak tradisional
BalasHapusPembahasan yang menarik
BalasHapusPosting Komentar