Kualitas air dalam budidaya perikanan berperan sangat penting bagi kelangsungan hewan akuatik karena sebagai habitat. Monitoring kualitas air sangat diperlukan bagi petani untuk mengetahui keadaan wadah budidaya apakah nyaman untuk kelangsungan hidup ikan tau tidak. 

        Pengukuran variabel kualitas air sangat penting untuk dilakukan sebagai bagian dari manajemen kualitas air dan dijadikan sebagai dasar dalam mengabil keputusan.Analisis dan interpretasi dari data kualitas air yang telah didapat juga menjadi penting sehingga budidaya menjadi lebih efisien. Kualitas air dimonitor setiap hari untuk mengantisipasi masalah pada udang yang dipelihara. Beberapa variabel air saling mempengaruhi, antara lain suhu, salinitas, karbondioksida (CO2), oksigen terlarut (DO), salinitas, pH, fitoplankton, alkalinitas, bahan organik, amonia, nitrit, nitrat, dan total bakteri. Pengukuran dilakukan rutin pada saat-saat tertentu, misalnya saat pagi (jam 05.00-06.00) dan siang (jam 12.00-14.00). Pada jam 05.00-06.00 pagi adalah titik terendah oksigen terlarut dan pH serta kandungan karbondioksida tertinggi. Jam 12.00-14.00 siang adalah puncak fotosintesis fitoplankton sehingga kandungan oksigen terlarut (DO) dan pH pada puncaknya. Jam lain yang diperlukan pengukuran yaitu saat sore (jam 16.00-17.00) dan malam hari (jam 20.00-22.00).

    Dalam manajemen kualitas air pada budidaya ikan air tawar saya hanya menggunakan 4 parameter yang diamati yakni pH, DO, suhu, amonia, dan turbidity. Monitoring kualitas air saya lakukan setiap jam 7 pagi. Khusus pH biasanya dilakukan pagi dan sore. Berikut penjelasan beberapa parameter kualitas air yang saya gunakan.


1. pH meter

 Nilai pH pada air kolam sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila tersebut. Tingkat keasaman yang baik untuk ikan nila yaitu 7 – 8,5. Semakin asam air maka nilainya semakin rendah, dan semakin basa bila nilainya semakin tinggi, dan pH netral pada nilai 7. pH tinggi sangat berbahaya bila dibarengi dengan kandungan amonia yang tinggi, sebaliknya pH rendah akan berbahaya bila berbarengan dengan kandungan H2S yang tinggi. Suhu air yang tinggi akan sangat sensitif terhadap perubahan pH air. Perubahan pH air dipenngaruhi oleh CO2, asam organik (sisa pakan), asam mineral (asam sulfat) dan kapur. Peningkatan CO2, asam organik dan asam mineral akan meningkatkan keasaman air, sebaliknya penambahan kapur akan menurunkan keasaman air (basa).  Derajat keasaman (pH) sangat berpengaruh terhadap budidaya perikanan, apabila pH turun menyebabkan proses metabolisme ikan terganggu, ikan mudah terserang penyakit, dan pertumbuhan ikan lambat.Jika pH tinggi menyebabkan kandungan amonia (NH4) tinggi, amonia yang tinggi mempunyai daya racun yang tinggi, mudah menembus membran sel, menyebabkan kematian pada ikan. 


Pengecekan pH langsung dikolam

Pengecekan pH umumnya dilakukan dikolam namun ada beberapa yang dicek di botol sampel dikarenakan efektifitas dalam monitoring karena terlalu banyak kolam yang dicek kualitas air. Waktu pengecekan dilakukan pagi dan sore untuk mengetahui range pH. Range pH yang baik untuk budidaya ikan adalah 0-05. Jikalau range pH melewati range itu maka kualitas air akan tidak stabil dan mengganggu pertumbuhan ikan. Pada sistem bioflok yang mengandung bakteri heterotrof  membutuhkan C organik berupa molase untuk kelangsungan bakteri biasanya cenderung pH lebih rendah dari pada sistem konvensional. Namun pada sistem bioflok yang harus diperhatikan yakni range pH pagi dan sore tidak boleh terlalu lebar. Pada sistem autotrof  yang mengandung bakteri nitrifikasi membutuhkan C anorganik berupa kapur dan sejenisnya untuk kelangsungan hidup bakteri biasanya pH cenderung lebih tinggi.

Pengecekan pH menggunakan botol sampel

Solusi untuk mengatasi pH pada kolam terlalu asam dengan menambahkan kapur dolomit, kaptan, tohor dan sejenisnya. Sebalinya untuk menurunkan pH yang tinggi (basa) bisa dengan carbon (molase, gula, tepung). 



Kalibrasi Alat pH meter

2. DO meter

DO adalah kelarutan oksigen di dalam air. Sumber utama oksigen di air adalah proses difusi udara dari atmosfer, angin dan gelombang, proses fotosintesis, aliran air baru dan aerasi. DO dipengaruhi oleh suhu air, salinitas, tekanan dan ketinggian lokasi. Semakin tinggi suhu, salinitas dan ketinggian lokasi budidaya maka DO turun. Penurunan konsentrasi oksigen disebabkan oleh adanya konsumsi yang berlebih dibanding suplai oksigen seperti respirasi ikan, melimpahnya tumbuhan air/algae dan meningkatnya proses dekomposisi sisa bahan organik di dalam air. Siklus harian oksigen : konsentrasi oksigen rendah di pagi hari dan tinggi di senja hari. Umumnya DO optimal untuk ikan > 5 mg/l, ikan akan stres bila DO ada pada kisaran 2-4 mg/l dan akan menyebabkan kematian bila DO < 2 mg/l. Dampak rendahnya DO : semua ikan mati dalam waktu bersamaan, ikan besar lebih banyak mati daripada ikan kecil, ikan berenang di permukaan dengan mulut megap-megap, ikan tidak mau makan, ada perubahan warna air menjadi coklat, hitam atau abau-abu (yang menunjukkan adanya alga bloom), air tercium bau busuk.

Pengecekan DO 

    Mitigasi resiko untuk pengelolaan DO yakni memastiikan daya dukung lingkungan mencukupi serta padat tebar sesuai dengan kemampuan kolam. Pengelolaan terhadap turunnya DO yakni menambah saluran aerasi dan mengganti air yang terbaru.

3. Amonia dan Turbidity

        Total amonia (TAN) adalah jumlah dari amonia bentuk ion (NH4-) dan amonia bukan ion (NH3). Amonia dalam bentuk ion bersifat tidak beracun (NH4-) bagi ikan, bisa menembus insang. Amonia bukan ion bersifat racun bagi ikan, tidak bisa menembus insang. Ammonia berasal dari ekskresi ikan, dekomposisi sisa pakan, alga, tumbuhan air dan sedimen bahan organik oleh bakteri. Daya racun ammonia dipengaruhi oleh pH, oksigen, CO2, dan suhu air. Daya racun amonia meningkat dengan meningkatnya suhu air dan pH.Peningkatan 1 nilai pH akan meningkatkan 10x daya racun amonia. Untuk menghitung fraksi amonia terion atau tidak, membutuhkan pengukuran pH dan suhu. Nilai amonia akan diperoleh jika TAN,pH dan suhu disatukan.

Tabel amonia 


 Dampak amonia : ikan stres, insang rusak, pertumbuhan lambat, konsentrasi amonia 0,6 mg/l bisa menimbulkan kematian, kandungan amonia 0,06 mg/l bisa berdampak pada kerusakan insang, kerusakan ginjal, kerusakan otak, dan menurunkan kemampuan pengambilan oksigen. Pengendalian : menghentikan atau mengurangi pemberian pakan, pemberiaan atau meningkatkan aerasi, penambahan air/penggantian air baru, penambahan kapur, pemberian phosfor, pemberian probiotik, penanganan alga bloom.

Pengecekan kadat Amonia dan kekeruhan




Referensi :  

-https://jala.tech/id/blog/tips-budidaya/pentingnya-memahami-kualitas-air-dan-manajemennya

M. G. Kordi, “No Title,” in Panduan Lengkap Memelihara Ikan Air Tawar di Kolam Terpal, Yogyakarta, 2010, p. 17.

- https://bptpb.jogjaprov.go.id/kualitas air/#:~:text=Jika%20pH%20tinggi%20menyebabkan%20kandungan,dan%20CO2%20pada%20kondisi%20optimal.

- https://www.catatandokterikan.com/2018/01/amonia-dalam-perikanan.html